
Pulang ke kotamu Ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgi Saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama Suasana Jogja Di persimpangan langkahku terhenti Ramai kaki lima Menjajakan sajian khas berseleraTahukah anda, apa yang membuat begitu banyak mahasiswa yang sudah lulus tetap betah di yogyakarta? Bagi anda yang pernah tinggal di Yogyakarta, terutama (mantan) Mahasiswa, tentu tahu alasannya. Informasi ini saya berikan kepada yang mau kuliah di yogyakarta atau yang ingin kembali ke yogyakarta untuk mengenang masa masa muda
Masyarakat yang ramah dan terbuka
Jogja adalah tempat dimana manusia manusianya begitu mudah tersenyum, berbahasa halus dan terbuka untuk menerima pendatang dari manapun asal kita. Tentunya dengan keramahan seperti ini membantu kita untuk lebih kondufis dalam belajar atau bekerja. Coba di jakarta? loe loe….Gua gue dah…. Emang gue pikirin! siapa elo? dstnya…
Biaya hidup yang murah
Dibanding kota lain, biaya hidup di jogja bisa tergolong “sangat rendah”, mungkin hanya 30-50% nya tinggal di jakarta. Apalagi kalau anda mau hemat, misal masak sendiri atau makan di warung makan biasa. Dari biaya kos/kontrak rumah dan kebutuhan lainnya, uang 500-750 Ribu perbulan sudah sangat sangat cukup. Dengan uang segitu, anda bisa tinggal di kos yang memadai, makan sehari 3x dengan menu Ayam/Ikan+ esteh/es jeruk, nasi ambil sendiri
Ketika pertama kali saya datang ke jogja untuk kuliah, sekitar tahun 2003, jauh lebih murah , Nasi Ayam cuman 3500, nasi telor 2000 perak, nasi kucing cuman 500 perak perbungkus bro…, Dimana lagi selain di
Aman, toleransi yang tinggi dan rendahnya konflik SARA
Di kota ini, hampir tidak pernah terdengar ada konfil SARA, padahal masyarakat jogja sangat heterogen, dari ujung aceh sampai papua ada disini. Dari agama hindu, budha, kristen, islam, kejawen sampai yang ga jelas agamanya saja ada disini. Namun, pernah anda dengar ada masjid dibakar? Gereja dibakar? sangat jarang. Saya sendiri belum menemukan Kota lain yang lebih heterogen dari Yogyakarta.
Jika anda masuk tempat wisata atau kampus UGM, wah ini mah bukan lagi Yogyakarta, tapi Indonesia + Dunia, antara turis, warga lokal, pendatang, mahasiswa asing dah jadi satu disini.
Banyaknya tempat menimba Ilmu (termasuk Yang gratis)
Jogja di kenal sebagai kota pelajar sejak dahulu, sejak jaman simbah keknya
Itu belum ditambah event dan seminar Gratis yang hampir tiap hari ada, tinggal anda mau datang atau engga? termasuk bagi yang muslim, jangan lupa ikuti kajian islam Ahlusunnah yang bertaburan di kampus kampus
diajakan kajian model ginian, SAY NO!.
Gudangnya Pariwisata dan Budaya
Denyut nadi kota ini tidak lepas dari Pariwisata dan budaya serta pendidikan, Hampir semua jenis pariwisata ada,
dari Kali urang di bawah merapi, Malioboro, keraton, taman budaya, candi prambanan dan pantai pantai indah
sepanjang pesisir akan makin menambah nyaman hidup di kota ini, Dari sisi budaya, ada aja pameran,
pertunjukan dan lain lain yang digelar hampir tiap minggunya ada. Kurang apa coba?
Fasilitas yang super duper Lengkap
Kok dari deskripsi kota budaya keknya jogja ga modern gitu? Masa? Walaupun disebut kota budaya, bukan berarti
fasilitas modern tidak ada disini, sebut saja? Mall, Bioskop, Event event besar seperti pameran komputer, sampai
hotel yang ga punya bintang hingga Hotel yang berbintang besar ada disini, resto? ah dari kafe n resto model
angkringan, Burjo sampai Kafe beneran ada juga, sampai kalo mau ajeb ajeb di tempat dugem, ada juga disini (tapi
ga usah main kesitu ya, hati hati banyak om om…senang dan tante tante …girang
Tempat mencari Jodoh
Wakakaka…saya yakin yang terakhir ini 99,9 % pasti setuju, kalo jogja emang kota yang tepat untuk mencari jodoh,Bayangkan saja, jika kita kuliah di kota gudeg ini, kita bisa berteman dari sabang sampai merauke. Dari yang memakai Jilbab besar sampai yang ga memakai baju ada disini
dapatnya orang solo yang super lembut dan lemah gemulay (lebay
aceh yang terkenal caauntik..(Tapi mahaaaaalll).
Penutup
Jika Malingsya punya iklan wisata yang kurang lebih berbunyi ”Malingsya, Truly Maling Budaya …”, maka Jogja punya ” Yogyakarta, Truely INDONESIA”.
nah sekian dulu guys, sebelum ditutup, banyak orang bilang kalo jogja ga aman dari bencana? benarkah itu? jes pernyatan itu tidak benar guys, justru TV dan media itu yang benar benar lebay dalam mendramatisir kejadiandi yogyakarta, ketika gempa tahun 2006 dan merapi meletus 2010, saya sendiri ga pulang
Read Users' Comments (0)







